Selasa, 06 Januari 2015

Day Diary (6 Januari 2015)

Gitar Klasik, Gitar Listrik, dan Ukulele Tua Kesayanganku.
Hari ini jari jemariku rasanya tengah berada dalam boring fase untuk menari-nari seperti biasanya di atas tuts keyboard. Pantas saja hal ini terjadi, jari jemariku memang dilatih tidak hanya untuk satu keterampilan, tetapi beberapa keterampilan.

Bermain gitar menjadi keterampilan yang jari jemariku kuasai. Permainanku memang tak sehebat Jimi Hendrix, tetapi kenikamatan rohani dapat aku nikmati tatkala memetik senar-senar gitar-gitarku.

"Siapakah Jimi Hendrix, bang? Abang punya berapa gitar?" Jimi Hendrix adalah seorang maestro gitar dalam genre musik blues, skill dan technique bermain gitarnya sungguh aduhai menawan mata. Dia adalah gitaris favoritku. Aku punya 5 (lima) buah gitar, bung. :)

"Buset, buat apa elo punya banyak gitar? Emang bisa elo mainin sekaligus semuanya?" Hahaha, jelas engga bisa lah, emangnya gue dewa Wisnu. -_-'

Alasanku membeli banyak gitar adalah awalan dalam proses perwujudan sebuah mimpi. Lebih tepatnya mimpi-mimpi kecilku semasa duduk di bangku SMP, masa-masa indahku bergumul bersama rekan sebaya, menikmati masa remaja bersama dunia musik.

Musik adalah kehidupan remajaku.

Latihan band, akustikan, dan ikut festival-festival musik adalah beberapa kegiatanku di masa-sama SMP dan SMK dalam bidang musik. Mimpi terbesarku adalah menjadi musisi besar dengan karya besar yang dapat memberikan kenikmatan di telinga publik, bukan hanya di telinga anak-anak alay.

Gitar adalah alat musik pertama yang dapat aku kuasai, kenikmatan dalam memetik senar-senar gitar membuatku menggemari alat musik yang masuk dalam keluarga chordophone tersebut. 

Beberapa gitar yang aku beli masing-masing memiliki perbedaan. Ada gitar klasik akustik, gitar elektrik, gitar bass, dan ukulele. Mimpiku adalah menjadi seorang musisi, bukan hanya gitaris. Tetapi gitar adalah alat musik yang menjadi fokus utamaku.

Ibarat kata dalam dunia literasi, setiap penulis tentu dapat menulis dalam genre tulisan apapun, tetapi tetap memiliki fokus tulisan dan ciri khas hanya dalam satu genre saja. Hal ini pula yang menjadi landasan dasar mimpiku untuk menjadi musisi.

Itulah se-kelumit persamaan musisi dan penulis, dua peran yang menjelma di dalam sosok seorang anak lelaki bernama Sandra Dewa. :)

Di tahun 2015, aku berencana memperbanyak pembendaharaan pengetahuanku di bidang musik, terutama musik tradisional khas Indonesia. 

"Mengapa alat musik tradisional, mas?" Berhubung rasa cintaku terhadap budaya Indonesia semakin membuncah, tak ada salahnya mempelajari budaya di bidang musik, apalagi bidang musik merupakan perpaduan antara budaya tengible dan intengible.

Selain akan mencari dan mempelajari literatur-literatur budaya terkait bidang musik, beberapa alat musik tradisional akan aku coba pelajari, baik perihal historis maupun teknis permainan. 

Kecapi adalah salah satu alat musik tradisional yang menjadi incaranku, semoga saja ada uang berlebih yang dapat aku belikan kecapi. :D

"Jual saja Umbya dan Unai, kak. Pasti cukup uangnya untuk beli kecapi." Memang sempat terbesit niat kotor seperti itu, tetapi akhirnya aku menyadari bahwa hanya orang goblok yang menjual persahabatan demi uang semata. 

Tak ada satu suku kata pun yang kami mengerti satu sama lain, tetapi ada satu rasa yang kami bertiga sama-sama rasakan, yakni merasakan status jomblo. :) 

"Btw, Mbok Jamu apa kabar, bos?" Wah, ingatanmu ternyata bagus. ;) 

Hingga saat ini aku terlena dibuatnya, tetapi biarkan Tuhan yang menentukan arah dan tujuan cintaku. 

Akankah 'ku berlabuh di dermaga hatinya? Ataukah 'kan karam menabrak karang idealismenya? Wallahualam. :))


Sandra Dewa

2 komentar:

rere mengatakan...

Aku mau dong dinyanyiin lagu sambil gitaran gitu.
Dulu pingin banget berjodoh sama cowo yang pinter gitaran. ^^

Agnesiarezita mengatakan...

Oh ujung2 nya promo jomblooo jugaa. Haha