Kamis, 15 Januari 2015

Day Diary (15 Januari 2015)


Buku Mengubah Dunia Bareng-Bareng - Ridwan Kamil (Penerbit Mizan, 2014)



Ternyata, cuaca hari ini tidak mendukungku untuk berkunjung ke Muara. Alhasil, aku habiskan waktuku di rumah untuk membaca buku Mengubah Dunia Bareng-Bareng, karya Ridwan Kamil, wali kota Bandung. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan di tahun 2014, serta dikupas oleh publisis sekaligus admin sosial media sang penerbit yang tampan rupawan, Sandra Nurdiansyah. :D
#uhuk

"Emang cuacanya bagaimana tadi, Kak?" Awalnya hujan rintik, tapi lama-lama jadi hujan rintik-rintik-rintik-rintik.... dari pagi sampai sore. :'(

"Siapa tuh Sandra Nurdiansyah, bro?" Sesosok manusia yang memiliki banyak keahlian, kegemaran, dan keterampilan. Tetapi hanya punya satu cinta yang belum menemukan di mana tempat berlabuhnya. :')

"Lah sama ujan aja elu takut, hujan kan cuma aer. Buat apa jas hujan diciptain kalo engga" Bukan air hujannya yang gue takuti, tapi output dari air hujan tersebut yang aku takutkan akan berimbas menjadi banjir, rumah gue kan di daerah endemik banjir. :')

"Apakah buku tersebut sama-sama menarik dan inspiratif seperti sang penulisnya, bung?" Tentu, buku Mengubah Dunia Bareng-Bareng adalah buku yang berisi kumpulan pemikiran, curahan hati, serta sebagian pengalaman Ridwan Kamil tentang kehidupan.

Dari sekian banyak kisah inspiratif, ada satu kisah yang sangat menyentuh kalbuku dan membuatku terharu.

"Kisah apakah gerangan?" Santai, aku masih menarik nafas. :)


Kisah yang membuatku mengharu ungu adalah kisah From Kebelet With Love dari Ridwan Kamil. 



"Mengharu biru, Kak." Aku 'kan jomblo, Kek. :)


"Wow, kisah apa itu, bos?" Ini kisah yang menceritakan awal pertemuan Ridwan Kamil dengan sang istri, Atalia Praratya. Singkat cerita Kang Emil kebelet pipis saat dalam presentasi di Hotel Savoy Homann. Ternyata setelah keluar Toilet, Kang Emil ditubruk oleh bidadari, bidadari yang menubruknya itu kini menjadi istrinya. :)


Ada salah satu rangkaian kata yang membuatku tergugah, kata-katanya adalah:


"Energi hidup saya ada di keluarga. Alasan kita kerja keras adalah keluarga. Meskipun hingga larut malam, akhirnya, toh pulang ke sebuah tempat yang bernama rumah. Ilmu yang paling besar adalah keseimbangan hidup. Kerja tapi lupa keluarga tidak akan membuat bahagia. Banyak di rumah tapi tidak mempunyai pekerjaan juga tidak akan menyenangkan." From Kebelet With Love, Ridwan Kamil. 

Kata-kata sederhana di atas memberikanku dua buah ilmu, yaitu pemahaman dan pembelajaran. Pemahaman atas perjuangan serupa yang telah dilakukan oleh ayahku untuk membiayai hidupku serta keluarga dan membiayai pembayaran uang kuliahku yang belum kelar-kelar. :')

My Family


"Gawe nepikeun ka kesang-kesang bijil tina bool" adalah kalimat mutiara yang dibuat ibuku, memang artinya sedikit jorok, tetapi dalam kalimat tersebut menafsirkan etos kerja ayahku yang sangat luar biasa gila kerja. :))

Bagi ayahku waktu liburan hanyalah hari minggu, idul fitri, dan idul adha. Tanggal merah lain yang ada dalam kalender bagi ayahku bukanlah tanggal untuk berlibur, melainkan tanggal untuk "memerahkan" kembali semangatnya untuk tetap bekerja. Bahkan walalupun berada di rumah, tak pernah aku melihatnya bermalas-malasan, ada-ada saja pekerjaan yang pasti dilakukannya. 

Pergi pagi pulang tengah malam adalah semboyan kerja ayahku, seorang pegawai lulusan SD yang masih diterima kerja oleh salah satu perusahaan besar di Indonesia. Setiap hari ayahku pulang pergi dari satu kota ke kota lain, mengirimkan benda penghasil cukai terbesar di Indonesia. Ya benar, rokok.

Persetan dengan orang-orang yang mendeskreditkan rokok sebagai benda haram, bagiku rokok adalah sumber kehidupan. Memangnya para pengharam itu yang memberiku makan setiap hari, bukan. Lantas, apakah dia tahu sejarah asli rokok saat pertama kali dibuat di Indonesia?

"Memangnya sejarah rokok seperti apa, bung?" Rokok diciptakan pertama kali sebagai obat. (Sumber: Buku Membunuh Indonesia). Rokok dianggap haram dikarenakan ada "propaganda penghancuran" sumber pemasukan terbesar bagi kas negara oleh beberapa pihak berkuasa di dunia, bang. :)

"Tapi, bukannya rokok penyebab berbagai macam penyakit berbahaya, Kak?" Nah, itu adalah salah satu bentuk propagandanya, Kek. :)

Hoam, aku terlalu ngantuk untuk berdiskusi dan mengeluarkan pemahaman, penelitian, dan penelusuran sejarah rokok yang telah aku lakukan. Nanti kita bahas lebih lanjut mengenai rokok. :D

Terlepas dari permasalahan rokok di atas. Etos kerja yang ditunjukan oleh ayahku, sangat memengaruhi etos kerjaku juga. Ayahku memang bukan tipikal motivator yang mengajarkanku mengenai etos kerja yang baik dengan cara manis dalam berkata-kata, beliau mengajarkanku etos kerja yang baik dengan cara melakukan kerja nyata, hampir sama dengan kabinet kerja dari Presiden Jokowi. :v

Lalu apa pembelajarannya bagiku? Sudah tentu aku ingin menjadi ayah yang terbaik juga untuk anak-anakku kelak, sama halnya seperti ayahku kepadaku. Kata-kata kang Emil di atas akan selalu aku ingat sepanjang masa, kalau aku lupa, tolong ingatkan, duhai tulang rusukku. :)))

Semoga deh ayahku baca postingan ini, nanti aku share juga di Facebook. Kebetulan beberapa waktu ini memang ayahku sudah belajar menggunakan Facebook, siapa tahu dia akan bangga  juga,walaupun hanya sedikit. Thanks a lot for everythingDad. :') 

Sandra Dewa

2 komentar:

Jefferson L mengatakan...

sosk ayah itu memang luar biasa ya :)

Unknown mengatakan...

Ridwan kamil emang lagi naik yah,semoga terus berkarya dan bekerja untuk rakyat bandung...