Minggu, 18 Januari 2015

Day Diary (18 Januari 2015)


Halaman Mesjid Agung Bandung yang akrab dengan sapaan "Alun-alun Bandung" yang baru diperindah oleh Ridwan Kamil, membuat jalanan di sekitarnya terserang kemacetan saat aku melintasinya tadi sore. 

"Hunting foto bareng Jangkis di Alun-Alun Bandung, Kak?" Engga, Jangkis sedang mengalami kelelahan akut, aku berangkat bersama "Vega", si kuda besi tuaku. 

Aku hanya sekedar lewat di Alun-Alun Bandung, tujuan utamaku memang bukan untuk melihat karya dari orang nomor satu di Bandung tersebut, tetapi melihat orang yang menghasilkan karyanya, kebetulan beliau sedang mengisi acara di toko buku Gramedia, jalan merdeka, Bandung. :)

Suasana Acara (Foto diambil sambil jinjit, jadi ngeblur)


Hari ini adalah launching buku #TETOT "Aku, Kamu, dan Media Sosial", buku kedua dari Ridwan Kamil yang diterbitkan oleh Penerbit Stigma. Buku #TETOT berisi kisah-kisah inspiratif yang mengambil sumber materinya dari beberapa tweet kang Emil.

Ternyata, animo masyarakat sangat luar biasa untuk menghadiri acara ini, bahkan hanya untuk memarkirkan motor saja aku harus menunggu motor-motor lain keluar terlebih dahulu. -___-"

Alhasil, aku gagal tepat waktu.
Alhasil, aku gagal mendapatkan tempat duduk.
Alhasil, aku berdiri di belakang penonton lain yang berdiri juga.
Alhasil, aku melipir ke rak buku sastra.Alhasil, aku baca buku gratis.
Alhasil, aku pulang saja agar uang parkirnya tak mahal.


Alhasil, ini puisi ataukah curhat?


Apa yang kulakukan, dibelakangmu? (Sambil nyanyi lagu Peterpan)



"Elu curhat itu..." Curhat yah? Yaudah lah engga apa, gue kan manusia, sang makhluk rasa.  Manusia butuh mencurahkan isi hatinya agar dapat tepat hidup sentausa. :') 

Ada beberapa hal unik yang aku temukan dalam acara ini, ternyata
menjadi gelandangan dan pengemis di Bandung harus bangga, karena Satpol PP Bandung ternyata juga ikut menjaga kang Emil.

Aku pikir kang Emil mau dirajia Satpol PP. wkwkwk :v

Sebetulnya ada polisi juga yang turut hadir dalam acara ini, tetapi sang polisi ternyata acuh terhadap kharisma kang Emil yang hampir membuat semua mata di lokasi acara tergoda untuk berdesak-desakan, demi membingkai wajah wali kota Bandung dalam foto selfienya. :v

Ada yang tahu sang polisi sedang apa?

"Baca buku?" Betul, polisi yang bertugas tersebut malah asyik membaca buku, bahkan "Novel Cinta". :D

Berhubung sudah terlalu banyak polisi yang mendadak famous gara-gara pemberitaan di media sosial, jadi aku putuskan secara sepihak tidak akan memotret polisi tersebut. Agar karir polisi tersebut tidak berakhir menjadi pedagang bubur. #eh :v

"Tapi menjadi pedagang bubur adalah pekerjaan yang famous juga, bos. Tukang bubur kan bisa naik haji." Hahaha, tapi yang jadi tukang buburnya hilang juga tuh. :v

Setelah tidak terpuaskan dalam menikmati acaranya, aku pun melipir ke rak buku sastra. Membaca singkat beberapa buku, lalu aku pulang, bukan karena bosan tetapi agar bayar parkirnya tidak terlalu mahal. :v

"Dikau menggemarkan sosok kang Emil, bung?" Bukan menggemarkan, melainkan menginspirasikan pola berpikir dan pola bertindak beliau dalam kehidupanku. Untuk menggemarkan, aku rasa tidak, karena beliau hanya manusia biasa sama sepertiku. :)

Jadi, selama ini aku mengalalisis dan mencermati sosok kharismatik sang wali kota Bandung, Ridwan Kamil. Menurutku, untuk terlihat keren seperti kang Emil di Indonesia sangatlah mudah. :)

Kuncinya hanyalah satu: Menaati aturan!


Di Indonesia, orang yang menaati aturan adalah orang-orang yang terlihat keren, hal ini dikarenakan sangat sedikit orang yang mau menaati aturan. Bahkan orang yang menaati aturan kini menjadi orang yang anti-mainstream. :D

Aturan hidup yang diberikan oleh Tuhan, sudah tentu menjadi aturan utama yang harus ditaati demi tercapainya tujuan hidup di dunia. Bahkan, orang-orang yang menaati aturan Tuhan juga akan keren loh, soalnya orang-orang yang tidak keren akan berkata seperti ini:

"Wih, anak sholeh tapi bukan anak bapak Sholeh."
"Orang alim, euy."
"Assalamualaikum, ustad."  

Keren kan dipanggil seperti itu? Tanpa punya bapak bernama Sholeh, kita akan menjadi anak sholeh. Tanpa harus mematangkan diri di pesantren, kita bisa dipanggil orang alim. Tapi ingat, dipanggil aja. :D

Aturan lain yang harus ditaati adalah aturan yang dibuat oleh manusia demi kemaslahatan bersama, seperti aturan-aturan di jalan raya yang paling sering dilanggar oleh masyarakat. Jadi, kalau kita mau menjadi orang keren di jalan, cukup ikuti aturan main yang diberlakukan, dijamin kita akan terlihat keren. Tapi ingat, cuma terlihat. :)

Mengapa aku mengingatkan bahwa hanya cuma dipanggil dan cuma terlihat? Hal ini dikarenaka kita akan menjadi keren apabila mesin penggerak untuk keren dalam diri kita juga sudah bekerja sendiri. Perintah dan ajakan dari orang lain untuk menaati aturan hanyalah berfungsi sebagai prime mover alias penggerak mula, hanya sekedar pemantik api yang digunakan untuk membakar obor. :)

Itulah cara ampuh untuk menjadi keren ala dirimu sendiri. Oh iya ada satu lagi tips yang tidak boleh terlewatkan. Kalau mau menaati aturan di jalan, jangan lupa berdoa! :D

"Berdoa supaya Allah menjaga kita agar tetap selamat dari berbagai ancaman marabahaya yah, Kak?" Itu sudah pasti, Kek. Tapi yang aku maksud bukan berdoa untuk hal yang lainnya.

"Emang apa berdoa untuk hal yang lainnya itu, bro?" Berdoalah agar ada CCTV yang merekamu saat menaati aturan di jalan, berdoalah agar ada orang iseng yang mengupload videomu tersebut di internet, berdoalah agar videomu ditonton dan disukai banyak orang, berdoalah juga agar kamu bisa terkenal sebagai orang yang keren. Aamiin. :D

Tapi yang paling penting, berdoalah agar kamu diberikan kemampuan untuk bisa menaati aturan, karena menaati aturan adalah kemerdekaan. :D

"Kemerdekaan?" Ya, kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Jadikan menaati aturan sebagai hak, agar kita tidak berat hati untuk memenuhi hak-hak hidup kita sendiri. Aku juga akan terus berjuang memenuhi hak-hakku. :D

Sandra Dewa

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sayangnya hampir semua masyarakat Indonesia Menaati peratura. Contoh: Waktu traffick Lamp berwarna merah, mayoritas Warga Indonesia Berhenti :D

Salam kenal (tandapetik.com)