Rabu, 21 Januari 2015

Day Diary (21 Januari 2015)


Secangkir Tiramisu dan sepasang Caroza Smoked Beef menemaniku menikmati tangisan sang langit senja di rumah makan Selasih, Cikutra, Bandung. 

Tiramisu & Caroza Smoked Beef


"Posting di Instagram juga, Kak?" Sudah dong, coba aja cek di akun @sandradewa_. wkwkwk :v

"Ah, ind*cafe coffemix + risoles oge" celetuk Diki Nugraha, di kolom komentar postinganku ini di Instagram.

Kalau kata Ahok, ini komentar kurang ajar. Padahal kedua pakanku tadi sore itu total harganya 18k. -__-"

Sayang, bukti pembayarannya hilang. Entah jatuh di jalan, entah dicopet orang. Tapi sebagai bukti otentik untuk bung Diki, aku perlihatkan saja bukti pembayaran keduaku saat memesan kopi hitam, minuman favoritku. :D

Bukti pembayarannya nih, bung Diki. :D

Walaupun pengeluaran jajan soreku sudah seharga empat kali harga makan di warteg, tak apalah demi mengobati rasa penasaranku. 

"Elu empat kali makan di warteg bisa 18 ribu?" Iya, estimasi satu kali makan Rp. 4.500.

"Emang biasanya pesen apa aja di warteg, bro?" Nasi 1/2, tempe, sayur daun singkong, krupuk, dan minta kuah + bumbu ayam kecap. :v

"Luar biasa, bung!" Luar biasa apanya?

"Luar biasa jiwa mahasiswanya. :D"

Rencananya hari ini ada agenda diskusi bersama tiga ekor manusia berbadan besar: Adinda Ria Rumondang Veranita, Arlangga Sambas Moeharam, & Randika Beni Namirat. :v

"Wah, kejam banget, bos." Kejujuran memang menyakitkan. wkwkwkw 

Awalnya banyak hal positif dari perbincangan kami berempat yang bisa ditulis dalam postingan ini, tetapi gara-gara gerombolan wanita berjilbab hitam yang cantik-cantik jelita, aku jadi lupa apa yang mau aku tulis. 

Aku juga lupa tidak membawa memory eksternal kameraku, jadi gagal deh mendokumentasikan gerombolan wanita berkerudung hitamnya. :')

Tapi aku kutip saja kata-kata dari teh Dinda, tetapi telah aku revisi dari sumber aslinya, demi kemaslahatan bersama. :D


"Apa pun perjuangannya, strategi solusinya. Termasuk dalam memperjuangkan cinta."  


Kata-kata yang begitu diniatkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan perbuatan oleh orang yang mengatakannya. Semoga saja amal & ibadahnya diterima di sisi Allah Swt. :D #loh

Setelah selesai berdiskusi dengan alot dan kadang terganggu oleh berbagai gangguan dari pihak luar, terutama karena hilir mudiknya wanita-wanita cantik, akhirnya kami pun berfoto groufie. :D #GaNyambung


"Yang ini jangan diposting"kata teh Dinda. :)
"Aku ko gitu sih?" kata teh Dinda lagi. (Bawaan lahir, teh. :v)

Foto di atas disimpan dalam memory internal kameraku, diambil dengan sistem timer 10 detik. Padahal bisa saja aku gunakan untuk mendokumentasikan gerombolan wanita berkerudung hitam. 

Tetapi, tiba-tiba ada bisikan yang terdengar dalam hatiku, bisikannya seperti ini:

"Woi, daripada foto cewek, orang lain pula. Lebih baik foto teman sendiri yang jelas-jelas berada di sampingmu dan berjuang bersamamu. Abadikanlah mereka dalam citramu, abadikan juga mereka dalam jiwamu." Anonim

Pongahku dalam lamunan sesaat, bisikan dari manakah gerangan? Entahlah aku tak tahu. Siapa pun dirimu, aku ucapkan terima kasih atas anjuran hebatnya, duhai bisikan gaib. :)


Sandra Dewa

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Itu gambar pertamanya bikin ngecess. Hahaha.
Anyway, baru pertama kali kesini nih. Salam kenal ya. \:D/

Pipit Widya mengatakan...

Hehehe murah bener makannya di warteg.

Unknown mengatakan...

Hahaha, aduh kasian sampe ngeces, eh tapi jangan sampai dijilatin juga gambarnya yah. wkwkwk

Iya, salam kenal juga, Deva. :)

Unknown mengatakan...

Hahaha, biasanya yang murah itu lebih nikmat, mba Pipit. Entah karena lebih berkah, entah karena kelaparan aja. wkwkwk :v

Terima kasih sudah berkunjung. :)