Senin, 22 Desember 2014

Kualitas Lagu-Lagu Lawas vs Kuantitas Lagu-Lagu Baru

D’lloyd, salah satu grup musik lawas yang  menghasilkan lagu-lagu berkualitas.


Kegemaran saya mendengarkan berbagai genre musik, membuat feel of music yang saya miliki cukup berkembang dengan baik. Sedikitnya saya dapat dengan mudah membedakan perbedaan yang begitu banyak timpang antara lagu-lagu lawas yang lebih menonjolkan kualitas dalam menciptakan karya daripada lagu-lagu baru yang menonjolkan kuantitas demi mengejar pasar belaka.

Selain itu perbedaan dapat ditinjau dari segi diksi atau pemilihan kata, kita dapat lihat perbedaan yang sangat mencolok, baik itu hanya untuk pemilihan judul maupun lirik lagu. Kata-kata yang ada dalam lagu-lagu lawas bermutu dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan dalam setiap untaian liriknya berisi pesan moral yang sangat berbobot dan bermanfaat untuk dinikmati.

Lalu perbedaan lain terdapat dalam pemilihan nada, sudah tentu lagu-lagu lawas masih ada pada posisi utama. Nada-nada dalam lagu para musisi lawas memiliki ke-khasan tersendiri, nada yang dibuat tidak hanya easy listening tetapi juga easy learning alias memberikan pembelajaran hidup yang mudah dipahami. Sehingga lagu lawas akan lebih layak dan aman untuk "dikonsumsi" oleh konsumen lintas usia. 

Lalu apa yang terjadi dengan lagu-lagu baru yang banyak bermunculan? Sudah tentu lagu-lagu baru memiliki keunggulan dari segi kuantitas, akan tetapi hampir semua lagu baru tidak memiliki kualitas. Selain kurang memerhatikan diksi serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lagu-lagu baru hanya menonjolkan unsur nada yang easy listening tanpa memedulikan unsur easy learning-nya.  

Selain itu konsumen lagu-lagu baru selalu salah sasaran, salah satu contoh yang sudah awam adalah lagu-lagu bernuansa dunia percintaan dewasa didengarkan dan dinikmati oleh anak-anak kecil yang bahkan belum mencapai fase akhil-baligh. Hingga saat ini fenomena tersebut masih dianggap sepele, padahal dampaknya sangat buruk bagi moral dan perilaku bangsa Indonesia di masa depan.

Lagu adalah sarana terbaik untuk membentuk karakter sebuah bangsa, apabila lagu yang dikonsumi berkualitas maka akan berdampak pada karakter bangsa yang berkualitas pula. Maka dari itu, camkanlah kalimat filosofi yang saya buat bahwa "Lagu bukan hiburan semata, akan tetapi himbauan semesta". Apakah maksud dari kalimat tersebut? Anda dapat memecahkannya setelah mendengarkan lagu-lagu lawas dari para musisi lawas semisal D'Lloyd, Koesplus, dll. ;)  

Sandra Dewa - Musisi Amatir.

Sabtu, 26 April 2014

Traffic Light


Pertama-tama, lampu merah menyala


Kemudian, lampu kuning menyela


Akhirnya, lampu hijau menjadi penutup.

Selasa, 22 April 2014

Warming Lamp


Menghangatkan tubuh demi bertahan di cuaca yang mengabutkan dingin, lampu bisa menjadi salah satu opsi sumber penghangat. Sudah teruji! Oleh cicak yang sering mencobanya di malam hari.

Selasa, 15 April 2014

Keyboard On The Board

Memang tidak berbunyi, tetapi jika feel bermusik Anda miliki, dijamin terasa ketukan tiap barnya. ;)

Sabtu, 12 April 2014

Kamis, 10 April 2014

Minggu, 06 April 2014

Polusi Hijau

Sebuah pertunjukan menarik, gubuk dapat menghasilkan  butiran asap polusi. Namun itu hanya permainan lensa kamera, dibelakang sana ada pabrik sebagai "sang penyuplai" polusi. 

Kualat

Kualat, merupakan sebuah proyeksi dari masa lalu. Proyeksi yang sering dianalogikan berkonotasi negatif oleh kebanyakan orang, hal tersebut karena sebuah alasan yang menjadi sebab akibat terjadinya kualat. Kualat sebenarnya sebuah proses dimana kita dapat mengintrospesi diri, menjadikan diri kita berkembang lebih baik kedepan. Namun sayang, penafsiran manusia terlalu kontradiktif dengan makna dari kualat.
Kualat adalah sarana, sarana untuk kita belajar menjadi lebih berharga...