Jumat, 13 Februari 2015

Day Diary (13 Februari 2015)

Sudah lama aku tidak menulis day diaryku, bukan karena malas, melainkan tidak ada hal yang menarik untuk aku tulis. :)

Alhamdulillah, hari ini banyak hal-hal menarik yang aku lihat dan rasakan. :D

"Asyik, bagi-bagi ceritanya dong, Kak." Oke siap, Kek. :D

Aku mengawali hari dengan bangun agak terlambat, kuliah jam 07.30 wib tetapi aku bangun jam 06.30 wib karena terlalu lelah semalam suntuk bersama Imigo, teman wanitaku yang hantu itu. ;)

Sial, ternyata hari ini aku tidak diizinkan untuk kuliah. Baru aku sadari rumahku sedang diserang ulat bulu mini, beberapa di antaranya bermain-main di handukku yang sedang dijemur.

Berhubung kurang teliti, akhirnya aku harus menderita gatal-gatal yang teramat sangat sampai datangnya waktu sholat jumat. :')

"Aduh kasian banget." Iya, kasian yah. :')

"Itu tandanya Anda mendapatkan karma karena tidak suka cewek berbulu." Siapa juga yang suka cewek berbulu. -___-

Tetapi, kebahagiaan datang bertubi-tubi setelah sholat jumat. :))

Pertama, aku mendapatkan uang untuk membeli tiket seminar bisnis online yang diselenggarakan esok hari, dari tempatku bekerja sebagai publisis, Penerbit Mizan. Saatnya bilang: Alhamdulillah. :)

Tiket Acara Seminar Bisnis Online


Kedua, aku dikirim tambahan tiga buku baru untuk dibaca dan dipublish dari Penerbit Mizan. Makin kenyang baca buku, buku baru lagi. :))  

Buku-Buku Baru. :D


Ketiga, aku diundang di acara Forum Pembaca Kompas sebagai penulis muda. Aku sangat menikmati acara ini dengan aktif bertanya perihal rubrik Kompas kampus, salah satu rubrik di koran Kompas yang pernah memuat tiga artikelku. :)

Yang Baju Hijau, Itu Gue. :v

Yang Rambut Gondrong, Itu Gue. :v

Beberapa kali namaku disebut oleh para panelis, terutama karena aku mengomentari tentang rubrik Kompas kampus yang selalu menitik-beratkan tulisan mengenai liputan kegiatan, bukan opini mahasiswa.

Juga mengenai kurang interaktifnya penggunaan media sosial oleh Kompas kampus. Padahal kalau diberdayakan dengan lebih baik, Kompas kampus dapat menjadi sebuah trigger penggunaan media sosial untuk keperluan intelektualitas di kalangan mahasiswa.

"Widih, sadap lu!!" Gue mewakili aspirasi anak-anak pers kampus se-Jawa barat loh. :v 

Selain itu aku juga sangat bangga karena berkesempatan berada satu meja bersama penulis opini di koran Kompas dari tahun 1966, bapak Bambang Widjoyanto. Serta salah seorang editor opini senior di koran Kompas, bapak Salomo. 

Momen tak terduga ini menjadi sebuah prestise tersendiri bagiku, apalagi ketika para senior di dunia opini ini ingat namaku serta kegemaranku menulis. Ah, rasanya bahagia, bahkan sampai lupa kalau aku ini masih jomblo menjelang valentine. Hahaha :D

Bapak Salomo (Kiri) dan Bapak Bambang Widjoyanto

Sebenarnya ada satu orang bule juga yang berstatus sebagai guru besar di ITB, tetapi aku lupa membingkai wajahnya di dalam foto dan lupa siapa namanya. :v

"Mereka engga takut semeja sama ente? Hahaha" Engga, mereka cuman jijik aja sama ane. -____-"

Namun, hal yang paling membuatku kagum adalah nomorku pada daftar penulis adalah nomor 22, nomor yang spesial. :)



"Kenapa bisa menjadi nomor spesial, bro?" Ada aja. :)

"Nomor kolor ya, gan?" Buset dah. :v

Ada apa gerangan dengan nomor 22? Temukan jawabannya esok hari pada hari valentine yang bukan hanya valentine bagiku. :D

Sandra Dewa

2 komentar:

Perempuan November mengatakan...

dan blog ini juga sudah terlalu lama tidak diupdate :D

wah enaknya dapat buku terus :)
aku kepengen buku ya nabung dulu buat beli buku huhuhuu..

Unknown mengatakan...

Makasih udah diingatkan. Oke mulai detik ini blog ini bakalan dihidupkan kembali. :D